Setiap manusia pasti pernah mengalami penderitaan baik ringan maupun berat. Penderitaan itu sendiri merupakn bagian dari kehidupan manusia yang bersifat kodrat. Oleh karena itu, setiap manusia berhak menentukan kemauanya sendiri untuk mengurangi penderitaannya semaksimal mungkin, menghindari, atau jika bisa menghindari penderitaan yang akan menimpanya. Manusia adalah makhluk berbudaya. Dengan budaya yang ia miliki, sudah seharusnya manusia dapat mengatasi penderitaan yang dialaminnya. Hal ini akan membuat manusia tersebut menjadi kreatif dalam menjalani kehidupanya.
Berikut salah satu kisah di dalam sastra religius (Dien Al-Islam) tentang kekecewaan atau penyesalan sebagai salah satu sisi terdalam manusia.
Alkisah, Raja Suka Suka memerintah di Kerajaan Huhehe Hahaha. Raja Suka Suka sangat cerdas dan adil lagi bijaksana. Perilaku Raja Suka Suka secara kontras mencerminkan perilaku rakyatnya, yang juga cerdas dan adil lagi bijaksana. Begitulah hukum alam berlaku secara timbal-balik.
Kerajaan Huhehe Hahaha bebas dari korupsi. Rakyat di Kerajaan Huhehe Hahaha hidup dalam suasana penuh dedikasi, toleransi, rukun, aman, dan sejahtera. Pada zamannya (yang entah kapan) Kerajaan Huhehe Hahaha menjadi pilot project bagi banyak kerajaan lain.
Makin hari langit di Kerajaan Huhehe Hahaha makin cerah. Suatu hari Raja Suka Suka bertitah kepada semua rakyatnya. Hari itu Raja Suka Suka membolehkan semua rakyatnya tanpa terkecuali memasuki Gua Keselamatan.
“Mohon perhatian semua. Selama kita hidup di dunia ini pintu Gua Keselamatan itu cuma terbuka satu kali dalam tempo cuma 17 menit. Setelah itu pintu Gua Keselamatan akan kembali tertutup. Jadi, kita semua cuma punya satu kali kesempatan dalam tempo cuma 17 menit.”
“Untuk apa kita semua masuk ke gua itu?” tanya seorang rakyat yang juga menjadi pertanyaan banyak orang lainnya.
“Untuk mengambil apa saja yang kita mau dan yang bisa kita bawa ke luar secepatnya sebelum pintu gua itu kembali menutup,” jawab Raja.
“Apa boleh kami membawa peralatan untuk mengangkut semua yang kami ambil?” tanya orang lain lagi penuh semangat.
“Ukuran diameter pintu gua itu cuma bisa dimasuki oleh satu tubuh orang dewasa saja. Jadi, dapat dipastikan kita cuma bisa membawa beberapa helai kain pembungkus atau beberapa karung saja untuk mengangkut apa-apa yang kita ambil untuk dibawa ke luar gua,” ucap Raja Suka Suka.
Selanjutnya berbondong rakyat menuju pintu gua. Mereka menunggu pintu gua terbuka. Mereka berbaris rapi siap memasuki gua. Raja dan para pejabat Kerajaan Huhehe Hahaha berada pada barisan paling belakang mendahulukan rakyatnya. Para pemimpin yang seperti ini sungguh sangat langka dijumpai pada zaman sekarang.
Penantian pun berakhir manakala pintu Gua Keselamatan terbuka. Rakyat, raja, dan para pejabat kerajaan bergegas memasuki gua. Mereka tidak menyangka di dalam gua sangat gelap. Seluas mata memandang cuma kegelapan pekat yang ada. Tak ada selarik pun cahaya.
Dalam suasana gelap pekat itulah mereka meraba seisi terdekat gua dan secara tergesa-gesa langsung mengambil apa saja yang terpegang. Ada yang membungkus bawaan mereka dengan kain. Ada yang memasukkan bawaan mereka ke dalam karung. Ada pula yang cuma diam tidak mau mengambil apa pun dan lalu ke luar sambil mengomel kesal, “Gelep. Dak kejingo’an apo-apo cak itu, apo yang nak diembek. Keluar baelah. Gek tecekel ulo baru lejar! (gelap. Tidak lelihatan apa-apa seperti itu, apa yang mau diambil? Keluar saja. Nanti terpegang ular baru tahu rasa!)”
Detik-detik berlalu dan menjelang 17 menit semua sudah ke luar gua. Tepat 17 menit pintu gua itu pun secara otomatis menutup kembali seolah-olah diatur melalui outomatic remote control.
Rakyat, raja, dan pejabat kerajaan Huhehe Hahaha setelah berada di luar gua baru merasa takjub sekali melihat pintu gua itu membuka dan menutup secara otomatis. Beberapa detik kemudian mereka pun teringat pada bawaan mereka.
Mereka pun bergegas membuka bungkusan atau karung bawaan mereka masing-masing. Semua terlonjak kaget melihat apa yang baru saja mereka ambil dari dalam Gua Keselamatan. Semula mereka mengira isi bungkusan atau karung itu yang mereka bawa hanyalah bebatuan alam biasa yang berserakan di lantai gua. Mereka berulang kali mengusap mata seolah-olah tidak percaya pada apa yang mereka lihat. Isi bungkusan atau karung itu memang bebatuan tetapi berwarna kekuningan. Beberapa orang memegang butiran batu itu dan mengenalinya sebagai emas murni.
“Ini bukan batu, Sobat. Ini emas. Kita dapat emas dari gua itu,” teriak seseorang seraya menyelamatkan hasil bawaannya.
“Aduh, menyesal sangat aku. Kenapa aku cuma mengambil sekarung. Padahal aku punya cukup waktu buat mengambil lebih banyak lagi,” keluh seseorang yang sesungguhnya termasuk beberapa yang telah berhasil membawa paling banyak di antara orang lain.
“Kamu masih lebih beruntung daripada aku. Lihat, aku cuma mengambil setengah karung. Aku lebih menyesal daripada kamu,” sahut orang yang merasa lebih tidak beruntung.
“Aku yang paling menyesal. Aku tidak mengambil apa-apa,” keluh orang lain lagi yang merasa paling tidak beruntung.
Semua kecewa dan menyesali keteledoran diri sendiri, termasuk raja dan para pejabat kerajaan. “Di dalam gelap pekat gua itu kita semua telah mengabaikan satu petunjuk. Seandainya masih ada satu kali saja kesempatan tentunya kita semua tak pantas menyesali diri,” ungkap raja di tengah-tengah para pejabat kerajaan dan rakyatnya.
Semua mengangguk tetapi beberapa orang di antara majelis rakyat itu menyesalkan perilaku raja yang menolak usulan mereka. Seharusnya, pikir mereka, raja mengumpulkan semua perolehan dari gua itu dan membagikannya kepada rakyat secara merata. Itulah keadilan menurut logika mereka, karena itu mereka menyesalkan raja. Mereka menyesalkan sesama.
Penyesalan adalah penderitaan manusia yang paling buruk. Penyesalan selalu datang terlambat ketika semuanya telah terjadi. Waktu tidak bisa diulang, dan inilah yang menyebabkan manusia tidak dapat memperbaiki kesalahan mereka saat itu juga. Itulah sebabnya kenapa penyesalan adalah penderitaan manusia yang paling buruk. We can't recalled time, so use your time wisely.
Special Thanks to:
- DapuntaSite
- Bapak Syamsul Noor Al-Sajidi
- Buku Seri Diklat Kuliah IBD Gunadarma
0 comments:
Post a Comment