Hancur, sakit, kecewa semua perasaan yang dulu pernah aku rasakan terulang untuk yang kedua kalinya.
Masih ingatkah waktu kita pertama kali bertemu?
Malu, ragu, tapi seiring berjalannya waktu kita merasa nyaman satu sama lain.
Masih ingat tidak dulu kita sama-sama berjuang, strugling to keep our ship sailing.
Sampai akhirnya hanya aku sendirian yang berjuang melewati sakitnya kenyataan.
Kamu sudah berhasil meyakinkanku bahwa memang kamu yang terbaik dan pantas untukku.
Paling tidak setelah beberapa tahun belakangan ini, sebelum kejenuhan itu menghampirimu.
Kejenuhan kecil yang bisa mengalihkanmu untuk mendapatkan dia yang kamu anggap memang patut diperjuangkan.
Kupikir semua bisa berjalan sebagaimana mestinya.
Namun aku salah, semua perhitunganku salah.
Aku memang yang terbaik untukmu, dulu.
Sekarang, aku bukan apa-apa.
Kamu kesampingkan semua kenangan dan perjuangan yang selama ini kita jalani.
Sampai pada akhirnya sudah tidak ada lagi kita.
Hanya aku.